Minggu, 02 Maret 2014
SEDIAAN CAIR
SOLUTIO (LARUTAN)
PengertianLarutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Mis : terdispersi secara molecular dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur.
Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur.
Zat pelarut disebut solvent, zat yang terlarut disebut solute.
Jenis larutan :
a. Larutan encer : larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut.
b. Larutan jenuh : larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat larut dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.
c. Larutan lewat jenuh : larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut melebihi batas kelarutannya di dalam air pada temperatur tertentu.
Interaksi Pelarut – Zat Terlarut
Berhubungan dengan kelarutan suatu zat dalam pelarut maka dapat terjadi interaksi antara pelarut-pelarut, pelarut dengan zat terlarut dan zat-zat terlarut.
Kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1. Polaritas
Kelarutan suatu zat memenuhi aturan ”like dissolves like” artinya solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar, solute yang non polar akan larut dalam solvent yang bersifat non polar.
Garam-garam anorganik larut dalam air
Alkaloid basa larut dalam kloroform
2. Co-solvency
Co-solvency adalah peristiwa kenaikkan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut.
Luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air-gliserin.
3. Kelarutan
Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah :
- Larut dalam air
o Semua garam nitrat larut, kecuali nitrat base seperti bismuth subnitras
o Semua garam sulfat larut, kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.
- Tidak larut dalam air
o Semua oksida dan hidroksida tidak larut, kecuali KOH, NaOH, NH4OH, BaO, Ba(OH)2
o Semua garam posphat tidak larut, kecuali K3PO4, Na3PO3, (NH4)PO4
4. Temperatur
Zat padat pada umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat tersebut bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.
Zat terlarut + pelarut + panas à larutan
Beberapa zat lain justru tidak larut jika suhunya dinaikkan (bersifat eksoterm), karena pada kelarutannya menghasilkan panas.
Zat terlarut + pelarut à larutan + panas
Contoh : K2SO4, KOH, CaHPO4, minyak atsiri, gas-gas yang larut.5. Salting Out
Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ad reaksi kimia.
Contoh :
Kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedlam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh. Disini kelarutan NaCl dalam air lebih besar dibanding kelarutan minyak atsiri dalam air, maka minyak atsiri akan memisah.
6. Salting In
Peristiwa bertambahnya kelarutan dari suatu senyawa organik dengan penambahan suatu garam dalam larutannya. Contoh : riboflavin tidak larut dalam air, tetapi larut dalam larutan yang mengandung nicotinamidum karena terjadi penggaraman riboflavin + basa NH4.
7. Pembentukan Kompleks
Peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks.
Contoh : Iodium larut dalam KI atau NaI jenuh.
KI + I2 à KI3
HgI2 + 2 KI à K2HgI4
Kecepatan kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh :
- Ukuran partikel : makin halus solute, makin kecil ukuran partikel; makin luas solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.
- Suhu : pada umumnya kenaikan suhu akan menambah kelarutan solute.
- Pengadukan
Keuntungan :
- Merupakan campuran homogen
- Dosis dapat mudah diubah-ubah dalam pembuatan.
- Dapat diberikan dalam larutan encer kapsul atau tablet
- Kerja awal obat lebih cepat karena obat cepat diabsorpsi.
- Mudah diberi pemanis, bau-bauan dan warna.
- untuk pemakaian luar, bentuk larutan mudah digunakan.
- Volume bentuk larutan lebih besar.
- Ada obat yang tidak stabil dalam larutan.
- Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan.
Natrium bikarbonat à gerus tuang.
Natrium bikarbonat + Na salisilat; à Na bikarbonat digerus tuang, kemudian ditambah Na salisilat. Untuk mencegah perubahan warna pada larutan ditambahkan Na pyrophospat 0,25 % dari berat larutan.
Sublimat (HgCl2), untuk tetes mata harus dilakukan dengan pemanasan atau dikocok-kocok dalam air panas, kemudian disaring setelah dingin. Kadar sublimat dalam obat mata : 1 : 4000
Seng klorida à melarutkan seng klorida harus dengan air sekaligus, kemudian disaring. Karena jika airnya sedikit demi sedikit maka akan terbentuk seng oksiklorida yang sukar larut dalam air.
Kamfer à dilarutkan dalam spiritus fortior (96%) dua kali berat kamfer dalam botol kering, kocok-kocok kemudian tambahkan air panas sekaligus, kocok lagi.
Etract opii dan extract ratabhiae à dilarutkan dengan cara dtaburkan ke dalam air sama banyak, diamkan selama ¼ jam.
Succus liquiritiae
- Dengan digerus tuang, bila jumlahnya kecil
- Dengan merebus atau memanaskannya hingga larut.
Bila jumlah air cukup, setelah dilarutkan disaring untuk mencegah kristalisasi. Bila jumlah air tidak cukup disuspensikan dengan penambahan PGS dibuat mixtura agitanda.
Codein
- Digerus dengan air 20 kalinya, setelah larut diencerkan sebelum dingin.
- Dengan alkohol 96% sampai larut, lalu segera encerkan dengan air.
- Diganti dengan HCl codein sebanyak 1,17 kalinya.
Tidak larut dalam air tetapi larut dalam HCl encer.
Pembuatan : pepsin disuspensikan dengan air 10 kalinya, kemudian ditambahkan HCl encer. Larutan pepsin hanya tahan sebentar dan tidak boleh disimpan.
Nipagin dan Nipasol à kelarutan 1 : 2000
Nipagin à pengawet untuk larutan air.
Nipasol à pengawet untuk larutan minyak.
§ Dilarutkan dengan pemanasan sambil digoyang-goyangkan.
§ Dilarutkan dulu dengan sedikit etanol baru dimasukkan dalam sediaan yang diawetkan
Fenol à diambil fenol liquefactum yaitu larutan 20 bagian air dalam 100 bagian fenol. Jumlah yang diambil 1,2 kali jumlah yang diminta.
Macam-macam Sediaan Larutan
A. Larutan Oral
- Potiones (Obat Minum)
- Elixir
Etanol berfungsi untuk mempertinggi kelarutan obat. Elixir dapat pula ditambahkan glycerol, sorbitol, atau propilenglikol.
- Sirup
§ Sirup obat, mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat tambahan, digunakan untuk pengobatan.
§ Sirup pewangi, tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau penyedap lain. Penambahan sirup ini bertujuan untuk menutup rasa atau bau obat yang tidak enak.
- Netralisasi
- Saturatio
Pembuatan:
- Komponen basa dilarutkan dalam 2/3 bagian air yang tersedia. Mis NaHCO3 digerus tuang kemudian masuk botol.
- Komponen asam dilarutkan dalam 1/3 bagian air yang tersedia.
- 2/3 bagian asam masuk basa, gas dibuang seluruhnya. Sisa asam dituang hati-hati lewat tepi botol, segera tutup dengan sampagne knop sehingga gas yang terjadi tertahan.
- Potio Effervescent
Pembuatan :
Langkah 1 dan 2 sama dengan pada saturatio
Langkah 3 : seluruh bagian asam dimasukkan ke dalam basa dengan hati-hati, segera tutup dengan sampagne knop.Gas CO2 umumnya digunakan untuk pengobatan, menjaga stabilitas obat, dan kadang-kadang dimasudkan untuk menyegarkan rasa minuman.
Hal yang harus diperhatikan untuk sediaan saturatio dan potio effervescent adalah :
§ Diberikan dalam botol yang kuat, berisi kira-kira 9/10 bagian dan tertutup kedap dengan gabus atau karet yang rapat. Kemudian diikat dengan sampagne knop.
§ Tidak boleh mengandung bahan obat yang sukar larut, karena tidak boleh dikocok. Pengocokan menyebabkan botol pecah karena botol berisi gas dalam jumlah besar.
Penambahan Bahan-bahan
Zat-zat yang dilarutkan dalam bagian asam
a. Zat netral dalam jumlah kecil. (jumlah besar dilarutkan dalam asam sebagian dilarutkan dalam basa, berdasarkan perbandingan jumlah airnya).
b. Zat-zat mudah menguap.
c. Ekstrak dalam jumlah kecil dan alkaloid
d. Sirup
Zat-zat yang dilarutkan dalam bagian basa
a. Garam dari asam yang sukar larut. Mis Natrii benzoas, Natrii salisilas.
b. Bila saturasi mengandung asam tartrat maka garam-garam kalium dan amonium harus ditambahkan ke dalm bagian basanya, bila tidak akan terbentulk endapan kalium atau amonium dari asam tartrat.
- Guttae (drop)
Pediatric drop : obat tetes yang diguanakan untuk anak-anak atau bayi.
B. Larutan Topkal
- Collyrium
Catatan :
Pada etiket harus tertera : Masa penggunaan setelah tutup dibuka dan ”obat cuci mata”.
Collyrium yang tidak mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan lama 2 jam setelah botol dibuka tutupnya. Yang mengandung pengawet dapat digunakan paling lama 7 hari setelah botol dibuka tutupnya.
- Guttae ophthalmicae
Hal-hal yang diperhatikan pada pembuatan obat tetes mata :
a. Nilai isotonisitas
Idealnya sama dengan nilai isotonis larutan NaCl 0,9 %b/v. Tetapi mata masih dapat tahan terhadap nilai isotonis rendah yang setara dengan larutan NaCl 0,6 % b/v dan tertinggi 2,0 % b/v NaCl.
b. Pendaparan
Pendaparan larutan obat tetes mata adalah untuk mencegah kenaikan pH yang disebabkan oleh pelepasan lambat ion hidroksil oleh wadah kaca. Hal tersebut dapat menggangu kelarutan dan stabilitas obat. Selain itu penambahan dapar juga dimaksudkan untuk menjaga stabilitas obat tertentu misalnya garam-garam alkaloid.
Air mata normal memiliki pH 7,4, secara ideal obat tetes mata memiliki pH seperti air mata, tetapi karena beberapa bahan obat tidak stabil pada pH tersebut maka sebaiknya obat tetes mata supaya tidak terlalu merangsang mata.
c. Pengawet
Wadah larutan mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada pemakaian pertama. Larutan harus mengandung zat atau campuran zat yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan bakteri yang mungkin masuk pada waktu wadah dibuka pada saat digunakan.
Pengwaet yang dianjurkan :
§ Nipagin dan nipasol
§ Fenil merkuri nitrat, timerosol
§ Benzalkonium klorid
§ Klorbutanol, fenil etil alkohol
d. Pengental
Ditambahkan untuk meningkatkan kekentalan sehingga obat lebih lama kontak dengan jaringan. Larutan obat mata yang dikentalkan hatus bebas dari partikel yang dapat terlihat. Cth : metil selulosa, hidroksi propil selulosa, polivinil alkohol.
Cara pembuatan obat tetes mata
1). Obat dilarutkan ke dalam salah satu zat pembawa yang mengandung salah satu zat pengawet, dijernihkan dengan cara penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutup wadah dan sterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 115-116oC selama 30 menit.
2). Obat dilarutkan dalam cairan pembawa beriar yang mengandung salah satu zat pengawet dan sterilkan menggunakan bakteri filter, masukkan kedalam wadah secara tehnik aseptis dan tutup rapat.
3). Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang mengandung salah satu zat pengawet, dijernihkan dengan cara penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutu rapat dan sterilkan dengan penambahan bakterisid, dipanaskan pada suhu 98 – 100oC selama 30 menit.
- Gargarisma (Gargle)
Penandaan : Petunjuk pengencern sebelum digunakan dan ”hanya untuk kumur, tidak ditelan”
- Litus Oris
- Guttae Nasales
- Inhalationes
Penandaan : Pada etiket ditulis ”Kocok dahulu”
- Epithema/Obat Kompres
Cth : Sol Rivanol, campuran Borwater-revanol
Hitungan Farmasi : Prosentase (%)
FI IV memberikan 3 bentuk persen, yaitu :
1. Persen bobot per bobot (b/b)
Menyatakan jumlah gram zat dalam 100 gram campuran atau larutan.
2. Persen bobot per volume (b/v)
Menyatakan jumlah gram zat dalam 100 ml larutan, sebagai pelarut dapat digunakan air atau pelarut lain.
3. Persen volume per volume (v/v)
Menyatakan jumlah ml zat dalam 100 ml larutan.
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar