Minggu, 02 Maret 2014

SUHU PENYIMPANAN OBAT

Macam-macam suhu penyimpanan obat :
  • Dingin  adalah suhu tidak lebih dari 8 derajat.Lemari pendingin memiliki suhu antara 2 - 8 derajat sedangkan lemari pembeku mempunyai suhu antara -20 s/d -10 derajat.


  • Sejuk adalah suhu antara 8 s/d 15 derajat. Kecuali dinyatakan lain harus disimpan pada suhu sejuk dapat disimpan dilemari pendingin.


  • Suhu Kamar adalah suhu pada ruang kerja. Suhu kamar terkendali adalah suhu yang diatur antara 15 s/d 30 derajat.


  • Hangat adalah suhu antara 30 s/d 40 derajat

  • Panas berlebih adalah suhu diatas 40 derajat

PEMAKAIAN OBAT

Pemakaian Obat Tergantung Kondisi Pasien


Harus dipahami bahwa penggunaan obat-obatan pada tiap-tiap orang harus dibedakan berdasakan kondisi yang dialaminya. Meskipun penyakitnya sama, namun pemakaian obatnya tak bisa disamaratakan.
Misalnya, penggunaan obat pada orang normal dengan wanita yang sedang hamil harus dibedakan karena perempuan hamil sangat rentan terhadap pemakaian obat dan harus selalu dikonsultasikan dengan dokter. Mari kita perhatikan beberapa kondisi yang harus dipertimbangkan sewaktu hendak mengonsumsi obat.

Penggunaan Obat pada Wanita Hamil

Pada wanita hamil, sebisa mungkin untuk menghindari pemakaian obat jenis apapun terutama pada trimester pertamanya. Penggunaan obat pada wanita hamil sangat beresiko menimbukan kecacatan pada bayi terutama ketika obat yang dikonsumsi tersebut kemudian tembus sampai ke plasenta.
Pemberian obat pada wanita hamil bisa dipertimbangkan apabila pemakaian obat tersebut memiliki manfaat yang lebih besar bagi wanita tersebut dan tanpa atau hanya beresiko kecil bagi janinnya.
Intinya, penggunaan obat pada wanita hamil harus sangat hati-hati dan diresepkan oleh dokter dan juga untuk jangka waktu pemakaian yang sesingkat mungkin.

Penggunaan Obat untuk Ibu Menyusui

Tak jauh berbeda dengan wanita hamil, pemakaian obat pada masa menyusui juga cukup rentan bagi si bayi. Obat yang diminum oleh sang ibu dapat memengaruhi air susu.
Misalnya, perempuan dengan penyakit gondok kemudian meminum obat untuk gondok dan kandungan obatnya diminum oleh bayinya ketika menyusui sangat beresiko karena sang anak dapat menjadi kerdil.
Sedapat mungkin, hindari penggunaan obat pada wanita yang menyusui atau menghentikan pemberian air susu ibu (ASI) jika pemakaian obat harus dilanjutkan.
Jika penggunaan obat diperlukan, pakailah obat dengan efek samping teraman, terutama obat-obatan yang memiliki ijin untuk digunakan pada bayi. Konsultasikan pada dokter untuk memperoleh saran yang tepat sehubungan dengan penggunaan obat yang aman pada saat menyusui.

Penggunaan Obat pada Bayi dan Anak

Sebagaimana diketahui, anak-anak belum mencapai taraf sempurna tingkat pertumbuhannya sehingga penggunaan obat dapat memunculkan beragam resiko. Pada bayi yang berumur 6 bulan, ginjal belum efisien mensekresikan obat sehingga dapat mengakibatkan konsentrasi yang tinggi di darah.
Pada organ hati, enzim-enzim belum terbentuk sempurna sehingga obat tidak termetabolisme dengan baik dan dapat mengakibatkan konsentrasi obat yang tinggi di tubuh anak.
Seringkali, dosis bagi anak-anak sulit untuk ditentukan. Pemanfaatan pengalaman klinis merupakan acuan terbaik dalam menentukan dosis yang paling sesuai untuk bayi maupun anak-anak.

Penggunaan Obat pada Lansia

Jika pada bayi dan anak-anak organ-organ tubuhnya masih belum sempurna, pada lansia justru kemampuan organ-organ tubuh tersebut telah mengalami penurunan. Proses penuaan akan mengakibatkan terjadinya beberapa perubahan fisiologi, anatomi, psikologi, dan sosiologi.
Perubahan fisiologi yang terkait usia dapat menyebabkan perubahan yang bermakna dalam penatalaksanaan obat.  Anda sebaiknya perlu memiliki pengetahuan menyeluruh tentang perubahan-perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik yang muncul.
Penggunaan obat yang tidak tepat merupakan problem utama dalam terapi pasien lanjut usia. Keahlian klinis farmasis, termasuk evaluasi terhadap pengobatan, dapat digunakan untuk memperbaiki pelayanan dalam bidang ini.
Efek samping obat lebih sering terjadi pada mereka yang lanjut usia. Pasien lanjut usia tiga kali lebih beresiko masuk rumah sakit akibat efek samping obat.
Oleh sebab itu, sebaiknya mulai sekarang harus diperhatikan pemakaian obat pada orang-orang yang termasuk dalam kondisi khusus di atas. Obat memang dimaksudkan untuk menyembuhkan namun kalau diberikan kepada mereka yang sedang hamil, menyusui anak, atau usia lanjut tanpa pengawasan maka yang terjadi sangat mungkin bukanlah kesembuhan melainkan resiko yang lebih besar.

CARA PEMBERIAN OBAT

Cara pemberian obat

Banyak obat, banyak juga cara pemberiannya kepada pasien. Sediaan per-oral sering kita temukan dalam perkembangan pemberian obat. Namun, banyak Cara Pemberian & Minum Obat ke pasien selain per-oral. Mengapa hal ini terjadi?

Cara Pemberian Obat Ke Pasien didasarkan beberapa faktor, diantaranya : Faktor Formulasi. Faktor zat aktif serta stabilitasnya menjadi alasan bahwa obat dibuat dalam sediaan yang cocok untuk zat aktif tersebut.

Pemberian obat ikut juga dalam menentukan cepat lambatnya dan lengkap tidaknya resorpsi suatu obat. Tergantung dari efek yang diinginkan, yaitu efek sistemik (di seluruh tubuh) atau efek lokal (setempat) dan keadaan pasien serta sifat-sifat fisiko-kimiawi obat, dapat dipilih di antara berbagai cara untuk memberikan obat.

A. Untuk Memberikan Efek Sistemik (Obat disebar ke seluruh tubuh)

1. Oral :

- Pemberiannya melalui mulut

- Mudah dan aman pemakaiannya, lazim dan praktis

- Tidak semua obat dapat diberikan per-oral, misalnya : Obat yang bersifat merangsang (emetin, aminofilin) atau yang diuraikan oleh getah lambung (benzilpenisilin, insulin dan oksitoksin)

- Dapat terjadi inaktivasi oleh hati sebelum diedarkan ke tempat kerjanya

- Dapat juga untuk mencapai efek lokal misalnya : obat cacing, obat diagnostik untuk pemotretan lambung - usus

- Baik sekali untuk mengobati infeksi usus

- Bentuk sediaan oral : Tablet, Kapsul, Obat hisap, Sirup dan Tetesan

2. Oromucosal :

Pemberiannya melalui mucosa di rongga mulut. Ada dua macam cara, yaitu :

a. Sub Lingual

- Obat ditaruh dibawah lidah

- Tidak melalui hati sehingga tidak diinaktif

- Dari selaput di bawah lidah langsung ke dalam aliran darah, sehingga efek yang dicapai lebih cepat misalnya : Pada pasien serangan Jantung dan Asma

- Keberatannya kurang praktis untuk digunakan terus menerus dan dapat merangsang selaput lendir mulut

- Hanya untuk obat yang bersifat lipofil

- Bentuknya tablet kecil atau spray, contoh : Isosorbid Tablet

b. Bucal

- Obat diletakkan diantara pipi dan gusi

- Obat langsung masuk ke dalam aliran darah

- Misalnya obat untuk mempercepat kelahiran bila tidak ada kontraksi uterus, contoh : Sandopart Tablet

3. Injeksi :

- Pemberiannya dengan jalan suntikkan

- Efek yang diperoleh cepat, kuat dan lengkap

- Keberatannya lebih banyak dari pasien

- Alat suntik harus steril dan dapat merusak pembuluh darah atau syaraf jika tempat penyuntikkannya tidak tepat

- Terutama untuk obat yang merangsang atau dirusak oleh getah lambung atau tidak tidak diresorpsi oleh dinding usus

Jenis Injeksi lebih kurang ada 10 :

a. Subcutan/Hipodermal (sc) : Penyuntikkan dibawah kulit, Obatnya tidak mernagsang dan larut dalam air atau minyak, Efeknya agak lambat dan dapat digunakan sendiri misalnya : penyuntikan insulin pada penderita diabetes.

b. Intramuskular (im) : Penyuntikan dilakukan dalam otot misalnya, penyuntikan antibiotika atau dimana tidak banyak terdapat pembuluh darah dan syaraf, misalnya otot pantat atau lengan atas

c. Intravena (iv) : Penyuntikan dilakukan ke dalam pembuluh darah, Reaksinya sangat cepat yaitu waktu satu peredaran darah, obat sudah beredar ke seluruh tubuh atau jaringan, Dapat menimbulkan reaksi-reaksi hebat seperti turunnya tekanan darah secara mendadak, shock, dsb. Infus intravena dengan obat sering dilakukan di rumah sakit dalam keadaan darurat atau dengan obat yang cepat metabolismenya dan eksresinya guna mencapai kadar plasma yang tetap tinggi

d. Intra arteri (ia) : Penyuntikan dilakukan pada pembuluh nadi, Dilakukan untuk membanjiri suatu organ misalnya pada Kanker Hati

e. Intra cutan (ic) : Penyuntikkan dilakukan dalam kulit, Absorpsi sangat perlahan misalnya pada tuberculin test dati Mantoux

f. Intra lumbal : Penyuntikan dilakukan ke dalam ruas pinggang (sumsum tulang belakang) misalnya untuk anestesi umum

g. Intra peritonial : Penyuntikan ke dalam selaput perut

h. Intra cardial : Penyuntikan ke dalam jantung

i. Intra pleural :Penyuntikan ke dalam rongga pleura (paru-paru)

k. Intra articulair : Penyuntikan ke dalam celah-celah sendi


4. Implantasi :

- Bentuk oral pellet steril, obat dicangkokkan dibawah kulit, terutama digunakan untuk efek sistemik lama, misalnya obat-obat hormon kelamin (estradiol dan testoteron)

- Resorpsinya lambat, satu pellet dapat melepaskan zat aktifnya secara perlahan-lahan selama 3-5 bulan lamanya

5. Rectal :

- Pemberian obat melalui rectal (dubur)

- Bentuknya suppositoria dan clysma (obat pompa)

- Baik sekali untuk obat yang dirusak oleh asam lambung

- Diberikan untuk mencapai takaran yang cepat dan tepat

- Efek sistemiknya lebih cepat dan lebih besar bila dibandingkan dengan peroral, berhubung pembuluh-pembuluh darah pertama. Contoh : pada pengobatan asma (amecain suppositoria) ; pada bayi (stesolid rectal, dalam pengobatan kejang akut)

- Tetapi bentuk suppositoria dan clysma sering digunakan untuk efek lokal misalnya untuk wasir dan laxativ

- Pemberian obat melalui rektal dapat dioleskan pada permukaan rektal berupa salep dan hanya mempunyai efek lokal

6. Transdermal :

- Cara pemakaian melalui permukaan kulit, berupa plester. Obat menyerap secara perlahan dan kontinyu, masuk ke sistem peredaran darah, langsung ke jantung

- Umumnya untuk gangguan jantung misalnya angina pectoris, tiap dosis dapat bertahan 24 jam. Cth : Nitrodisk dan Nitroderm T.T.S. (therapeutic transdermal system)


B. Untuk Memberikan Efek Lokal (Pemakaian Setempat)

1. Intranasal :

- Obat diberikan melalui selaput lendir hidung

- Digunakan untuk menciutkan selaput/mukosa hidung yang membengkak (otrivin nasal drop)

- Bentuk sediaan : Drop dan Spray

- Cara ini dapat digunakan untuk efek sistemik misalnya untuk melancarkan pengeluaran ASI cth : Syntocinon nasal spray

2. Inhalasi :

- Obat diberikan untuk disedot melalui hidung atau mulut atau disemprotkan

- Penyerapan dapat terjadi pada selaput mulut, tenggorokan dan pernafasan

- Bentuk sediaan : Gas dan Zat padat, tetapi bisa juga mempunyai efek sistemik. Bentuk inhalasi ini bisa dalam wadah yang diberi tekanan dan mengandung zat pemancur (aerosol, cth : Alupent Metered Aerosol

3. Mukosa Mata Dan telinga :

- Obat diberikan melalui selaput/mukosa mata atau telinga, bentuk drop dan salep

- Obat dapat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan efek teknis

4. Intra Vaginal :

- Obat diberikan melalui selaput lendir/mukosa vagina

- Diberikan pada antifungi dan anti kehamilan

- Bentuknya : Tablet, Salep, Krim dan Cairan bilasan

5. Kulit (Percutan) :

- Obat diberikan dengan jalan mengoleskan pada permukaan kulit

- Kulit yang sehat sukar sekali dimasuki obat, tetapi bila terjadi kerusakan resorpsi dapat berlangsung

- Bentuk obat umunya salep dan krim

Demikian jabaran tentang Cara Pemberian Obat pada pasien dari sisi kefarmasian. Semoga dapat membantu.

CARA PENYIMPANAN OBAT

Cara Penyimpanan Obat

Cara penyimpanan OBAT

Obat bermanfaat sebagai penyembuh. Namun siapa sangka, obat juga berpotensi mendatangkan malapetaka. Karena itu, dengan pengetahuan tentang obat dan penggunaannya secara tepat dan aman, anda akan terhindar dari bahaya yang mungkin ditimbulkan olehnya. Bahkan, anda juga akan lebih banyak memetik manfaatnya, seperti halnya anda memetik manfaat dengan melakukan sarapan pagi 

Seiring dengan kesadaran akan pentingnya kualitas kesehatan, pemakaian obat juga terjadi peningkatan. Orang cenderung mempunyai persediaan obat dirumah untuk keadaan-keadaan darurat tertentu atau bagi orang-orang yang memang harus mengkonsumsi obat dalam jangka waktu tertentu. Obat membutuhkan perlakuan khusus dalam penyimpanan tergantung dari karakteristiknya sehingga obat tetap bisa dipakai dan tidak kehilangan efeknya.

Berikut ini tips penyimpanan obat yang benar yang dapat dilakukan di rumah:

Jauhkan dari jangkauan anak-anak
Jika anda punya kebiasaan untuk menyimpan obat ditempat yang mudah terlihat agar mudah ingat untuk meminumnya, tinggalkan wadah obat yang kosong ditempat itu dan simpan obatnya pada tempat yang tidak mudah dijangkau anak-anak.

Simpan sesuai dengan petunjuk yang tertera
Kebanyakan obat dapat disimpan pada tempat sejuk dan kering yaitu pada suhu kamar yang jauh dari sumber panas. Jika obat tidak tahan terhadap cahaya maka dapat digunakan botol bewarna coklat atau botol plastik yang tidak tembus cahaya. Beberapa obat harus disimpan di lemari pendingin tapi jangan disimpan di freezer.

Simpan obat dalam kemasan aslinya
Penandaan pada kemasan asli serta brosur jangan dibuang, karena pada etiket obat tersebut tertera cara penggunaan dan informasi penggunaan obat yang penting. Ini penting agar Anda selalu mengetahui keterang`n obat dengan lengkap.

Hal-hal lain yang harus diperhatikan:
- Simpan obat dalam wadah tertutup rapat di tempat yang sejuk dan jangan terkena sinar matahari langsung karena obat akan rusak jika terkena sinar matahari langsung

- Jangan menyimpan tablet atau kapsul di tempat panas atau lembab karena dapat menyebabkan obat tersebut rusak

- Obat dalam bentuk cair jangan disimpan dalam lemari pendingin kecuali disebutkan pada etiket atau kemasan obat

- Jangan meletakkan obat dalam mobil dalam jangka waktu lama karena perubahan suhu dapat merusak obat

- Sebelum minum obat selalu lihat tanggal kadaluarsa pada kemasan obat dan jangan simpan obat yang telah kadaluarsa, apalagi sampai mencampur obat kadaluarsa dengan obat yang masih baik

- Sebaiknya tidak mencampur berbagai jenis obat dalam satu wadah

Jadi, ingatlah bahwa menyimpan obat secara aman, bukanlah hal yang remeh ataupun sepele. Kenyataannya, tidaklah jarang terjadi seseorang mengalami keracunan obat akibat salah minum obat, atau meminum obat yang sudah rusak. Ironis kan kalau obat yang sedianya diresepkan dokter demi kesembuhan malah menyebabkan masalah kesehatan yang baru yang tak kalah seriusnya. Jangan sampai kecerobohan dan keteledoran membawa musibah dan bencana. So, berhati-hatilah menyimpan obat sebagaimana berhati dalam memilih obat, agar terhindar dari obat palsu.

SATURASI

SATURASI
Saturasi adalah larutan yang mengandung CO2 jenuh. Biasanya diperoleh juga dari reaksi asam dan garam karbonat.

R/           Asam sitrat         5
                NaHCO3               q.s
                Codein HCl          0,2
                m.f saturasi

Air yang tersedia 70% digunakan untuk melarutkan garam karbonat, 30% untuk melarutkan asam dan garam lain yang bersifat netral/asam. Larutan netral sepeti sirup, garam netral ditambahkan ke dalam larutan asam. Bila jumlah garam netral yang akan ditambahkan besar, maka garam tersebut dibagi dua. Sebagian dimasukkan ke dalam asam dan sebagian lagi dimasukkan ke dalam basa. Bahan yang mudah menguap ditambahkan terakhir.

Ke dalam netralisasi dapat ditambahkan bahan yang tidak larut, kemudian dibuat suspensi, sedangkan saturasi tidak boleh ada komponen yang tidak larut karena tidak boleh dikocok. Perbedaan lainnya, saturasi tidak terbagi-bagi (dosis tunggal), sedangkan naturalisasi boleh dosis jamak.

Perbandingan jumlah asam dan basa baik untuk saturasi atau naturalisasi terdapat dalam Farmakopee Belanda ke-V. Sebagai asam sering digunakan asam sitrat/asam tartrat. Sebagai basa untuk saturasi selalu garam karbonat, sedangkan basa untuk netralisasi dapat garam karbonat/amonia.

R/           Asam sitrat         5
                Nat.bic  q             q.s
                Ext.Belladon       0,2
                Sir.Simplex          10
                m.f saturasi        150
                sekali minum habis

Cara Pembuatan :
1. Asam sitrat + air 30%, gerus sampai larut
2. Garam karbonat + 70%, gerus sampai larut
3. Masukkan no.2, lalu 2/3 dari no.1, setelah itu 1/3 dari 1
4. Tutup botol dan ikat dengan tali

Penambahan Bahan ke Saturasi
-Sirup
Bila sirup mengandung lendir, penambahan bahan harus hati-hati mencegah terbentuknya lendir, umumnya sirup yang terbuat dari tanaman.
-Garam yang sukar larut atau yang larut dalam basa seperti asam benzoat dimasukkan dalam basa. Asam benzoat dapat berfungsi sebagai pengawet minuman.

SEDIAAN CAIR

SEDIAAN CAIR

SOLUTIO (LARUTAN)
Pengertian
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Mis : terdispersi secara molecular dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur.
Karena molekul-molekul dalam larutan  terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan  diencerkan atau dicampur.
Zat pelarut disebut solvent, zat yang terlarut disebut solute.
Jenis larutan :
a.    Larutan encer : larutan yang mengandung sejumlah kecil  zat A  yang terlarut.
b.    Larutan jenuh : larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat larut dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.
c.    Larutan lewat jenuh : larutan yang mengandung jumlah zat A yang  terlarut melebihi batas kelarutannya di dalam air pada temperatur tertentu.
Interaksi Pelarut – Zat Terlarut
Berhubungan dengan kelarutan suatu zat dalam pelarut maka dapat terjadi interaksi antara pelarut-pelarut, pelarut dengan zat terlarut dan zat-zat terlarut.
Kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1.    Polaritas
Kelarutan suatu zat memenuhi aturan ”like dissolves like” artinya solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar, solute yang non polar akan larut dalam solvent yang bersifat non polar.
Garam-garam anorganik larut dalam air
Alkaloid basa larut dalam kloroform
2.    Co-solvency
Co-solvency adalah peristiwa kenaikkan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut.
Luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air-gliserin.
3.    Kelarutan
Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah :
  1. Larut dalam air
o    Semua garam klorida larut, kecuali : AgCl, PbCl2, Hg2Cl2
o    Semua garam nitrat larut, kecuali nitrat base seperti bismuth subnitras
o    Semua garam sulfat larut, kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.
  1. Tidak larut dalam air
o    Semua garam karbonat tidak larut, kecuali K2CO3, Na2CO3, (NH4)CO3
o    Semua oksida dan hidroksida tidak larut, kecuali KOH, NaOH, NH4OH, BaO, Ba(OH)2
o    Semua garam posphat tidak larut, kecuali K3PO4, Na3PO3, (NH4)PO4
4.    Temperatur
Zat padat pada umumnya bertambah larut  bila suhunya dinaikkan, zat tersebut bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.
Zat terlarut + pelarut + panas à larutan
Beberapa zat lain justru tidak larut jika suhunya dinaikkan (bersifat eksoterm), karena pada kelarutannya  menghasilkan panas.
Zat terlarut + pelarut à larutan + panas
Contoh : K2SO4, KOH, CaHPO4, minyak atsiri, gas-gas yang larut.
5.    Salting Out
Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ad reaksi kimia.
Contoh :
Kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedlam  air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh. Disini kelarutan NaCl dalam air lebih besar dibanding kelarutan minyak atsiri dalam air, maka minyak atsiri akan memisah.
6.    Salting In
Peristiwa  bertambahnya kelarutan dari suatu senyawa organik  dengan penambahan suatu garam dalam larutannya. Contoh : riboflavin tidak larut dalam air, tetapi larut dalam larutan yang mengandung nicotinamidum karena terjadi  penggaraman riboflavin + basa NH4.
7.    Pembentukan Kompleks
Peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks.
Contoh : Iodium larut dalam KI atau NaI jenuh.
KI  + I2 à KI3
HgI2 + 2 KI à K2HgI4
Kecepatan kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh :
  • Ukuran partikel : makin halus solute, makin kecil ukuran partikel; makin luas solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.
  • Suhu : pada umumnya kenaikan suhu akan menambah kelarutan solute.
  • Pengadukan
Keuntungan dan Kerugian Bentuk Sediaan Solutio
Keuntungan :
  1. Merupakan campuran homogen
  2. Dosis dapat mudah diubah-ubah dalam pembuatan.
  3. Dapat diberikan dalam larutan encer kapsul atau tablet
  4. Kerja awal obat lebih cepat karena obat cepat diabsorpsi.
  5. Mudah diberi pemanis, bau-bauan dan warna.
  6. untuk pemakaian luar, bentuk larutan mudah digunakan.
Kerugian :
  1. Volume bentuk larutan lebih besar.
  2. Ada obat yang tidak stabil dalam larutan.
  3. Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan.
Cara Mengerjakan Obat dalam Larutan
Natrium bikarbonat à gerus tuang.
Natrium bikarbonat + Na salisilat; à Na bikarbonat digerus tuang, kemudian ditambah Na salisilat. Untuk mencegah perubahan warna pada larutan ditambahkan Na pyrophospat 0,25 % dari berat larutan.
Sublimat (HgCl2), untuk tetes mata harus dilakukan  dengan pemanasan atau dikocok-kocok dalam air panas, kemudian disaring setelah dingin. Kadar sublimat dalam obat mata : 1 : 4000
Seng klorida à melarutkan seng klorida  harus dengan air sekaligus, kemudian disaring. Karena jika airnya sedikit demi sedikit maka akan terbentuk seng oksiklorida yang sukar larut dalam air.
Kamfer à dilarutkan dalam spiritus fortior (96%) dua kali berat kamfer dalam botol kering, kocok-kocok kemudian tambahkan air panas sekaligus, kocok lagi.
Etract opii dan extract ratabhiae à dilarutkan dengan cara dtaburkan ke dalam air sama banyak, diamkan selama ¼ jam.
Succus liquiritiae
  • Dengan digerus tuang, bila jumlahnya kecil
  • Dengan merebus atau memanaskannya hingga larut.
Calcii lactas dan calcii gluconas
Bila jumlah air cukup, setelah dilarutkan disaring untuk  mencegah kristalisasi. Bila jumlah air tidak cukup  disuspensikan  dengan penambahan PGS dibuat  mixtura agitanda.
Codein
  • Digerus dengan air 20 kalinya, setelah larut diencerkan sebelum dingin.
  • Dengan alkohol 96% sampai larut, lalu segera encerkan dengan air.
  • Diganti  dengan HCl codein sebanyak 1,17 kalinya.
Pepsin
Tidak larut dalam air tetapi larut dalam HCl encer.
Pembuatan : pepsin disuspensikan dengan air 10 kalinya, kemudian ditambahkan HCl encer. Larutan pepsin hanya tahan sebentar dan tidak boleh disimpan.
Nipagin dan Nipasol à kelarutan 1 : 2000
Nipagin à pengawet untuk larutan air.
Nipasol à pengawet untuk larutan minyak.
§  Dilarutkan  dengan pemanasan sambil digoyang-goyangkan.
§  Dilarutkan dulu dengan sedikit etanol baru dimasukkan dalam sediaan yang diawetkan
Fenol à diambil fenol liquefactum yaitu larutan 20 bagian air dalam 100 bagian fenol. Jumlah  yang diambil 1,2 kali jumlah yang diminta.
Macam-macam Sediaan Larutan
A.    Larutan Oral
  1. Potiones (Obat Minum)
Sediaan cair yang dibuat  untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat  dengan atau  tanpa bahan pengaroma, pemanis, atau pewarna yang larut dalam air atau  berbentuk emulsi atau suspensi.
  1. Elixir
Sediaan yang mengandung bahan obat dan bahan  tambahan (pemanis, pengawet, pewangi) sehingga memiliki bau dan rasa yang sedap dan sebagai pelarut digunakan campuran air-etanol.
Etanol  berfungsi untuk mempertinggi kelarutan obat. Elixir dapat pula ditambahkan glycerol, sorbitol, atau propilenglikol.
  1. Sirup
§  Sirup simplex, mengandung 65 % gula dalam larutan nipagin 0,25 %b/v
§  Sirup obat, mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau  tanpa zat tambahan, digunakan untuk pengobatan.
§  Sirup pewangi, tidak mengandung obat tetapi  mengandung zat pewangi atau penyedap lain. Penambahan sirup ini  bertujuan  untuk menutup rasa atau bau obat yang tidak enak.
  1. Netralisasi
Obat minum yang dibuat dengan  mencampurkan  bagian asam dan bagian  basa sampai  reaksi selesai dan  larutan bersifat netral. Mis; solutio citratis magnesii.
  1. Saturatio
Obat minum yang dibuat  dengan mereaksikan asam dan basa tetapi gas yang terjadi ditahan dalam wadah sehingga larutan  jenuh dengan gas.
Pembuatan:
    1. Komponen basa  dilarutkan  dalam 2/3 bagian air yang tersedia. Mis NaHCO3 digerus tuang kemudian masuk botol.
    2. Komponen asam dilarutkan  dalam 1/3  bagian air yang tersedia.
    3. 2/3 bagian asam masuk basa, gas dibuang seluruhnya. Sisa asam dituang  hati-hati lewat tepi botol, segera tutup dengan sampagne knop sehingga gas yang terjadi tertahan.
  1. Potio Effervescent
Saturatio yang CO2 nya lewat jenuh.
Pembuatan :
Langkah 1 dan 2 sama dengan pada saturatio
Langkah 3 : seluruh bagian asam  dimasukkan ke dalam  basa dengan hati-hati, segera tutup dengan sampagne knop.Gas CO2 umumnya digunakan  untuk pengobatan, menjaga stabilitas obat, dan kadang-kadang dimasudkan untuk  menyegarkan rasa minuman.
Hal yang harus diperhatikan untuk sediaan saturatio dan potio effervescent adalah :
§  Diberikan dalam botol yang kuat, berisi  kira-kira 9/10  bagian dan tertutup kedap  dengan gabus atau karet  yang rapat. Kemudian diikat dengan sampagne knop.
§  Tidak boleh  mengandung bahan obat yang sukar  larut, karena tidak boleh  dikocok. Pengocokan menyebabkan  botol pecah karena botol berisi  gas dalam jumlah besar.
Penambahan Bahan-bahan
Zat-zat yang dilarutkan dalam bagian asam
a.    Zat netral dalam jumlah kecil. (jumlah besar dilarutkan dalam  asam sebagian dilarutkan dalam basa, berdasarkan  perbandingan jumlah airnya).
b.    Zat-zat  mudah menguap.
c.    Ekstrak  dalam  jumlah kecil dan alkaloid
d.    Sirup
Zat-zat  yang dilarutkan  dalam bagian basa
a.    Garam dari asam  yang sukar larut. Mis Natrii benzoas, Natrii salisilas.
b.    Bila saturasi  mengandung  asam tartrat  maka garam-garam kalium  dan amonium harus ditambahkan  ke dalm  bagian basanya, bila tidak  akan terbentulk  endapan  kalium atau amonium dari asam tartrat.
  1. Guttae (drop)
Obat tetes : sediaan cair berupa  larutan, emulsi atau suspensi, apabila tidak  dnyatakan lain dimaksudkan  untuk obat dalam. Digunakan dengan cara meneteskan  menggunakan penetes yang menghasilkan  tetesan yang setara  dengan tetesan  yang dihasilkan  penetes baku yang disebtkan dalam Farmakope  Indonesia.
Pediatric  drop : obat tetes  yang diguanakan  untuk anak-anak atau bayi.
B.    Larutan Topkal
  1. Collyrium
Sediaan  berupa larutan steril, jernih, bebas zarah asing, isotonis digunakan  untuk membersihkan  mata, dapat ditambahkan zat dapar dan zat pengawet.
Catatan :
Pada etiket harus tertera : Masa penggunaan setelah tutup dibuka dan ”obat cuci mata”.
Collyrium  yang tidak mengandung zat pengawet hanya boleh  digunakan  lama 2 jam setelah  botol  dibuka tutupnya. Yang mengandung pengawet  dapat digunakan  paling  lama 7 hari setelah  botol dibuka tutupnya.
  1. Guttae ophthalmicae
Obat tetes mata : larutan steril bebas  partikel asing merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan  pada mata. Tetes mata  juga tersedia  dalam bentuk suspensi, partikel  halus dalam bentuk  termikronisasi agar tidak  menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea.
Hal-hal yang diperhatikan pada pembuatan obat tetes mata :
a.    Nilai isotonisitas
Idealnya sama dengan  nilai isotonis larutan NaCl 0,9 %b/v. Tetapi mata masih dapat  tahan terhadap  nilai isotonis rendah yang setara dengan larutan NaCl 0,6 % b/v dan tertinggi 2,0 % b/v NaCl.
b.    Pendaparan
Pendaparan larutan obat tetes mata  adalah untuk  mencegah  kenaikan pH yang disebabkan  oleh  pelepasan lambat ion hidroksil oleh wadah  kaca. Hal  tersebut dapat menggangu kelarutan  dan stabilitas obat. Selain itu  penambahan  dapar  juga dimaksudkan  untuk  menjaga stabilitas  obat tertentu  misalnya garam-garam alkaloid.
Air mata  normal memiliki pH 7,4, secara ideal obat tetes mata  memiliki pH  seperti air mata, tetapi  karena  beberapa bahan  obat tidak stabil pada pH tersebut maka  sebaiknya  obat tetes  mata  supaya  tidak terlalu  merangsang mata.
c.    Pengawet
Wadah  larutan mata harus  tertutup  rapat dan  disegel untuk menjamin sterilitas pada  pemakaian  pertama. Larutan harus  mengandung zat atau campuran  zat yang sesuai  untuk mencegah pertumbuhan  atau memusnahkan  bakteri yang mungkin masuk pada waktu wadah dibuka pada saat digunakan.
Pengwaet yang dianjurkan :
§  Nipagin dan nipasol
§  Fenil  merkuri nitrat, timerosol
§  Benzalkonium klorid
§  Klorbutanol, fenil etil alkohol
d.    Pengental
Ditambahkan untuk meningkatkan  kekentalan  sehingga obat  lebih lama kontak  dengan jaringan. Larutan obat  mata yang dikentalkan hatus bebas dari partikel yang dapat terlihat. Cth : metil selulosa, hidroksi propil selulosa, polivinil alkohol.
Cara pembuatan obat tetes mata
1). Obat dilarutkan  ke dalam salah satu zat pembawa yang  mengandung  salah satu zat pengawet, dijernihkan dengan cara penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutup wadah dan sterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 115-116oC selama 30 menit.
2). Obat dilarutkan dalam cairan  pembawa beriar yang  mengandung salah satu zat  pengawet dan sterilkan  menggunakan  bakteri filter, masukkan  kedalam  wadah secara tehnik aseptis dan tutup rapat.
3). Obat dilarutkan  kedalam cairan  pembawa  berair  yang  mengandung salah satu  zat pengawet, dijernihkan  dengan cara penyaringan, masukkan  ke dalam wadah, tutu rapat dan sterilkan dengan  penambahan bakterisid, dipanaskan  pada suhu 98 – 100oC selama 30  menit.
  1. Gargarisma (Gargle)
Gargarisma atau obat  kumur mulut adalah sediaan  berupa  larutan  umumnya dalam keadaan pekat yang harus diencerkan dahulu sebelum digunakan. Dimaksudkan untuk  digunakan sebagai pencegahan atau  pengobatan infeksi tenggorokan.
Penandaan : Petunjuk pengencern sebelum digunakan dan ”hanya untuk kumur, tidak ditelan”
  1. Litus Oris
Oles bibir adalah sediaan cair agak kental dan pemakaiannya  secara disapukan dalam  mulut. Cth: Lar 10 % borax dalam gliserin
  1. Guttae Nasales
Tetes hidung adalah obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam ronga hidung, dapat  mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet.  Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan pembawa.
  1. Inhalationes
Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot hidung atau  mulut atau disemprotkan dalam bentuk kabut ke dalam  saluran pernafasan. Tetesan butiran  kabut harus seragam dan sangat halus sehingga dapat mencapai bronkhioli. Inhalasi merupakan larutan dalam air atau gas.
Penandaan : Pada etiket ditulis ”Kocok dahulu”
  1. Epithema/Obat Kompres
Cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada tmpat yang sakit dan panas karena radang atau berdasarkan sifat perbedaan tekanan osmose, digunakan  untuk mengeringkan luka bernanah.
Cth : Sol Rivanol, campuran Borwater-revanol
Hitungan Farmasi : Prosentase (%)
FI IV memberikan 3 bentuk persen, yaitu :
1.    Persen bobot per bobot (b/b)
Menyatakan  jumlah gram zat  dalam 100 gram  campuran atau larutan.
2.    Persen bobot per volume (b/v)
Menyatakan  jumlah gram zat  dalam 100  ml  larutan, sebagai pelarut dapat digunakan  air atau pelarut lain.
3.    Persen volume per volume (v/v)
Menyatakan  jumlah  ml zat  dalam 100 ml larutan.

SEDIAAN

SEDIAAN OBAT

KLASFIKASI
•Obat cair
•Obat setengah padat
•Obat padat

OBAT CAIR
1. Solutiones dan mixture
2. Mixtura agitanda dan suspensi
3. Emulsa / emulsi
4. Saturasi dan netralisasi
5. Infusa
6. Guttae / drops
7. Injectiones / obat suntik
8. Inhalasi
9. irigasi

1. Solutiones (larutan) dan mixture (campuran)
•Solutio:
larutan dari sebuah zat dalam suatu cairan / pelarut, dimana zat pelarutnya adalah air, bila bukan air maka harus dijelaskan dalam namanya, misalnya :
–Sol. Camphora Spirituosa à kamfer spiritus
–Sol. Camphora Oleonosa à kamfer olie / minyak kamfer
–Camphora Nitroglycerini spirituosa à Lar. Nitrogliserin dalam spiritus

•Mixtura:
Larutan yang didalamnya terdapat lebih dari satu macam zat, yang dapat berupa campuran dari :
–Cairan dengan zat padat
–Cairan dengan cairan
–Cairan dengan extrak kental
Tidak ada perbedaan antara solutio dengan mixtura, contoh :
–Sol. Citratis Magnesici à Lar. Mg Citrat dalam air
–Mixt. Citratis Magnesici à campuran Mg Citrat, Syr, Simplex dan spiritus Citri dalam air

2. Mixtura agitanda dan suspensi
•Mixtura agitanda:
Campuran dimana konstituen mengandung zat padat yang tidak dapat larut.
•Suspensi:
Sediaan cairan yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair (cairan pembawa), zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap dan dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi serta tidak boleh terlalu kental agar sediaan mudah dikocok dan dituang

•Sirup:
larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar tinggi
•Elixir:
larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven
•Lotio:
larutan atau suspensi yang digunakan secara tropical
•Spirit:
larutan mengandung etanol / hidro alcoholdari zat yang mudah menguap

•Tinctur:
larutan mengandung etanol / hidro alcohol dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia yang dibuat dengan cara perkolasi atau maserasi
•Air aromtik:
larutan jernih dan jenuh dalam air, dari minyak mudah menguap
•Enema:larutan yang dimasukkan kedalam rectum dan colon, untuk merangsang pengeluaran kotoran (feses) memberikan efek terapi local atau systemic

3. Emulsa / emulsi
Adalah dua fase cairan dalam sistim dispersi (tetesan) dimana fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dalam merata dalam fase cairan lainnya dan umumnya dimantapkan oleh zat pengemulsi (Emulgator).
•Emulsi O/W:
emulsi minyak dalam air, dimana minyak yang merupakan fase terdispersi dan larutan air merupakan fase pendispersi / pembawa (emulsi ini dapat dicernakan dengan air)
Contoh : susu (emulgatornya putih telur) Scott Emultion

•Emulsi W/O:
emulsi air dalam minyak, dimana air atau larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak merupakan pembawa atau pendispersi (Emulsi ini dapat diencerkan dengan minyak)
contoh : Mentega, Ianolin

\jika emulgatornya larut dalam air à Emulsi O/W
jika emulgatornya larut dalam minyak à Emulsi W/O


4. Saturasi dan netralisasi
•Saturasi / Penjenuhan:
obat yang minumnya dibuat dengan jalan mencampurkan suatu asam dengan karbonat, dimana cairan dijenuhkan dengan CO2 (disebut dengan Potio Effervesces), maka tekanan didalam botol lebih tinggi dari pada tekanan diluar.


•Tujuan pemberian obat saturasi:
•Untuk menutupi rasa garam yang tidak enak.
•CO2 mempercepat absorbsi
•Merangsang keluarnya getah pencernaan yang banyak
•Sebagai carminativum atau laxans
•Untuk antioxydant
•Memberi efek psiokologi bahwa obat tersebut kuat

•Netralisasi atau penetralan:
obat minum yang di buat dengan jalan mencampurkan suatu asam dengan suatu basa (yang dipergunakan adalah suatu Carbonat) dan tidak mengandung CO2 (karena CO2 yang terbentuk selalu dihilangkan seluruhnya dengan cara pemanasan sampai larutannya jernih), yang termasuk Netralisasi:
•Suatu asam dinetralkan dengan NH4CL
•Suatu asam yang tidak larut dinetralkan dengan suatu HCO3 / CO3, dapat juga dengan NaOH

5. Infusa
•Infus / rebusan obat:
sedian air yang dibuat dengan mengextraksi simplicia nabati dengan air suhu 90° C selama 15 menit, yang mana extraksinya dilakukan secara infundasi


6. Guttae / drops
•Adalah sediaan cairan (dapat berupa solutio / mixtura / suspensi / emulsi) yang dipakai dengan cara meneteskan, baik sebagai obat dalam maupun obat luar dan harus homogen serta tidak boleh ada endapan.
Beberapa jenis guttae:
•Guttae orisà untuk kumur – kumur dan tidak untuk ditelan. Biasanya diencerkan dulu dengan air
•Guttae auriculares / tetes telinga à biasanya cairan pembawanya adalah bukan air, tapi lebih kental (mis. Glycerin, minyak propylenglikol)


•Guttae Nasales / tetes hidung à tidak boleh menggunakan lemak / minyak mineral sebagai cairan pembawanya
•Guttae Ophthalmic / tetes mata à berupa larutan / suspensi steril, cairan pembawanya berair, harus jernih, bebas benda asing, serat dan benang (harus disaring), serta tidak boleh digunakan setelah tutup dibuka > 1 bulan. Dan konsentrasi sunlimatnya tidak boleh > 1:4000
•Collyiria / obat cuci mata à tidak termasuk dalam obat tetesan, tapi cara kerja dan komposisi serta cara pembuatanya tidak berbeda dengan guttae ophthalmic, hanya jumlahnya lebih banyak

7. Injectiones / obat suntik
•Adalah sediaan steril untuk penggunaan parental.
Keuntungannya:
•Resorbsi obat lebih cepat dan baik
•Untuk obat yang tidak tahan asam lambung
•Untuk obat yang mengiritasi lambung
•Untuk pasien yang yang tidak dapat makan obat
•Yang memerlukan obat bekerja cepat (mis. mengalami shock)

8. Inhalasi
•Adalah sediaan obat / larutan / suspensi terdiri atas satu atau lebih bahan obat yang diberikan melelalui saluran nafas hidung atau mulut untuk memperoleh efek local atau sistemik. (larutan yang disemprotkan dengan menggunakan gas inert dan wadahnya disebut inhaler)

9. Irigasi
•Adalah larutan steril yang digunakan untuk mencuci atau membersihkan luka terbuka atau rongga – rongga tubuh, pemakaiannya secara tropical dan tidak boleh secara parenteral

OBAT SETENGAH PADAT
•Unguenta
•Occulenta / salep mata
•Pasta
•Linimenta
•Sapones / sabun
•Cremores krim
•Gelones / gel

1. Unguenta
•Adalah sediaan setengah padat dan mudah dioleskan diatas kulit dan selaput lendir tanpa memakai kekerasan atau pemanasan
Salep terdira dari:
•Remedium Cardinale (bahan tunggal / campuran bahan utama). Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok. Kadar bahan obat umumnya 10 % kecuali dinyatakan lain atau mengandung obat keras / narkotik

•Konstituen / Dasar salep (bahan tersendiri atau campuran) adalah zat pembawa dengan massa lembek, mudah dioleskan dan umumnya berlembek, tapi dapat berupa massa lembek atau zat cair atau zat padat yang terlebih dahulu diubah menjadi massa yang lembek.
Secara umum salep dibagi atas 3 jenis:
•Salep Epidermic
adalah salep yang bekerja dipermukaan kulit, dan diharapkan tidak diserap. Salep ini berfungsi sebagai pelindung antiseptik, adstrigents dan pelawan rangsangan. Dasar salep yang cocok adalah Vaselin

•Salep Endodermic
adalah salep yang bekerja memasuki kulit tapi tidak menembus kulit, jadi diserapnya hanya sebagaian saja. Dasar salep yang cocok adalah minyak tumbuhan dan minyak alami
•Salep Diadermic
adalah salep yang bekerja sampai menembus kulit. Dasar salep yang cocok adalah Lanolin, Adeps Lanae, Oleum Cocoa
Sedangkan secara theurapetik, salep dibagi atas :
•Salep Penutup
adalah salep yang berfungsi sebagai melindungi kulit dari pengaruh luar
contoh: Boorzalf, Zinczalf

•Salep Resorpsi
adalah salep yang mana bahan – bahannya akan diresorpsi
contoh: salep untuk Rheumatik
•Salep Penyejuk
adalah salep yang banyak mengandung air sehingga memberikan rasa sejuk
contoh: Cold Cream

2. Occulenta / salep mata
•Adalah salep steril untuk pengobatan mata dengan menggunakan dasar salep yang cocok

Syarat – syarat Occulenta, yaitu:
•Homogen, tidak boleh mengandung bagian yang kasar dapat teraba.
•Bersih
•Steril

3. Pasta
•Adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaiaan topical, dan konsistensinya lebih plastis dari pada salep

Keuntungannya:
•Menyerap hasil – hasil sekresi dari kulit
•Mengurangi rasa gatal dan memberikan perasaan sejuk
•Obat – obat direkatkan pada kulit à mempertinggi pekerjaan obat tersebut

4. Linimenta
•Adalah sediaan cairan atau kental, mengandung analgetikum dan zat yang mempunyai sifat Rubefasin, melemaskan otot atau menghangatkan dan digunakan sebagai obat, serbuktidak boleh digunakan pada kulit yang luka atau lecet
Keuntungannya:
•Zat yang ditambahkan padanya diresorbsi lebih cepat
•Mudah dicuci à sangat baik untuk pemakaian pada kulit yang lembut

Macam – macam Linimenta, yaitu
•Campuran lemak padat dengan lemak lunak
•Campuran minyak dan cairan alkali (dibuat dengan cara penyabunan)
•Linimentum dengan Balsamun Peruvianum Ol. Terebinthinae
•Linimentum dengan minyak (harus memakai gom)
•Emulsi yang digunakan sebagai liniment, yaitu
–Emulsum Benzylis Benzoatus
–Linimentum Chloroform (dengan cara pencampuran biasa)

5. Sapones / sabun
•Adalah reaksi garam alkali dan asam lemak tinggi, dimana konsistensinya tergantung dari basa yang digunakan untuk menyabun, yaitu :
–NaOH à sabun keras
–KOH à sabun lemak


Macam – macam sapones:
•Sapokalinus : KOH + Ol. Sesami
•Sapomedicatus : NaOH + Ol. Olivarum
•Saposuperadipatus : Campuran Sapomedicatus 80 % + Sapokalinus 16 % + Adeps Lanae 4 % (bentuk ini yang paling dianjurkan untuk pengobata)
•Sapococos : Sabun Na yang dibuat garam Ol. Cocos

6. Cremores krim
•Adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental, mengandung air tidak kurang dari 60 %, dengan 2 type yaitu:
–Type minyak – air
–Type air minyak (mudah kering dan rusak)

7. Gelones / gel
•Adalah sediaan bermassa lembek berupasuspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawa organic atau makromolekul senyawa organic yang masing – masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan

•Umumnya mengandung air disebut jelli, maka pada etiket tertera “kocok dulu”

OBAT PADAT
•Pulvis dan pulveres
•Pililae / pil
•Tabulae / tablet
•Capsulae / capsul
•Suppositoria
•Bacilla
•Spesies / jamu
•Implant / pelet
•Aerosolum

1. Pulvis dan pulveres
•Adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan dan digunakan untuk pemakaian oral ataul luar. isi serbuk terdiri dari :
–Obat (tunggal / campuran)
–Konstituen / vehiculum :
•Untuk serbuk oral à Saccharum Lactis
•Untuk serbuk tabur à Talcum venetum, Bolus Alba, Amylum.

2. Pililae / pil
Menurut beratnya dibagi atas :
•Boli : berbobot > 300mg, biasanya dipakai untuk pengobatan hewan
•Pilulae/pil adaah obat berbentuk bulat seperti pelor yang berbobot antara 50 mg – 300 mg, diameternya tidak > 8 mm dan tergantung berat jenis bahan – bahan obatnya
•Granula, berbobot < 30 mg dan tiap granula biasanya mengandung 1 mg bahan obat

3. Tabulae / tablet
•Merupakan sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Ukurannya adalah tidak boleh > 3x dan tidak boleh < 1/3x tablet
Macam – mcam tablet
•Tablet Kunyah
Untuk dikunyah dan memberikan residu dengan rasa enak dalam rongga mulut, mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak, serta biasanya untuk anak – anak (terutama untuk multivitamin, antasisda antibiotik tertentu)

•Tablet Buih / Efervesen
selain mengandung zat aktif, juga mengandung campuran asam dan natrium bicarbonat, yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan CO2, maka tablet harus disimpan dalam wadah tertutup rapat atau pada kemasan tahan lembab
•Tablet Hisap / Lozengens
padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis yang membuat tablet melarut atau hancur perlahan dalam mulut

•Tablet bersalut
disalut dengan bahan penyalut untuk maksud tertentu
Tujuannya:
–Menutupi rasa tidak enak (mis. Kina)/ bau yang tidak enak (mis. Vitazym)
–Membuat penampilan lebih baik menarik dan biasanya diberi warna bagus dan mengkilap
–Melindungi obat / zat aktif terhadap pengaruh udara, kelembapan dan cahaya (mis. Obat – obat yang hygroskopis dan mudah teroksidasi)
–Mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna.

Beberapa macam tablet:
•Tablet bersalut gula / dragee
disalut dengan lapisan terdiri dari campuran gula dan bahan lain yang cocok, dengan atau tanpa menambah zat warna.
•Tablet bersalut selaput / film Coated Tablet
disalut dengan lapisan selofan, metilselulosa, povidon atau bahan lain yang cocok
•Tablet bersalut kempa / salut kering
disalut dengan massa granula terdiri dari Laktosa, Calsium Fosfat atau bahan lain yang cocok à untuk mempercepat lepasnya satu obat dan obat lain

•Tablet bersalut enteric / Enteric coated
disalut sedemikian rupa sehingga obat tidak hancur dalam lambung tapi hancur dalam usus halus, yang disebut juga Delayed Action. Bahan penyalutnya adalah bahan yang tahan terhadap pengaruh asam lambung yaitu Sehellak, keratin dan salol. Tablet ini dibuat untuk obat – obat yang dapat mengiritasi lambung dan obat –obat yang dapat rusak bila kena asam lambung (contoh : Voltaren Aropas)

4. Capsulae / capsul
•Adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut, dimana didalamnya dapat diisi dengan obat serbuk, butiran atau granul, cair, semi padat
Jenis – jenis kapsul:
•Capsulae gelatinosae (dibuat dari gelatin) terdiri dari:
–Soft Capsulae / Capsulae Molles à lunak
–Hard Capsulae / Capsulae Durae à keras
•Capsulae Amylaceas (dibuat dari amylum)
•Capsulae Metilsellulosa

5. Suppositoria

•Adalah sediaan padat dalam dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rectal, vagina dan urethra, yang mana umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat dan sebagai pembawa zat therapeutic yang bersifat local atau sistemik
Jenis – jenisnya
•Suppositoria Anaha disebut juga Suppositoria
•Suppositoria Vaginalis disebut juga Globuli Vaginalis atau Ovula
•Suppositoria Urethralia disebut juga Bougie

6. Bacilla
•Adalah alat yang digunakan sebagai obat luar
Jenis – jenis batang:
•Bacilla Caustica (mengandung bahan – bahan caustik) contoh : Argenti Nitras dalam Bacilla
•Quelistifte (dipakai untuk melebarkan saluran – saluran) contoh : Batang Lanfinaria
•Bougie / Suppositoria Urethanilia (batang yang padat pada suhu kamar dan akan memberikan efek local dan sistemik)

7. Spesies / jamu
•Adalah bahan – bahan dan tumbuh – tumbuhan yang masih berupa bagian – bagian kasar yang dicampur atau tidak dicampur dengan garam – garam, yang kemudian akan dibuat infusa.
•Contoh:
–Species anti aphtosa
–Species laxantes
–Species anti asthmaticus
–Species diuretica

8. Implant / pelet
•Adalah sediaan dengan massa padat steril berukuran kecil berisi obat dengan kemurniaan yang yinggi (dengan atau tanpa eksipien) yang dibuat dengan cara pengepaan atau pencetakan

9. Aerosolum
•Nama lain adalah Aerosol Farmasetik yaitu sediaan yang dikemas dibawah tekanan dan mengandung zat aktif therapeutic yang dilepas pada saat system katup yang sesuai ditekan. Pemakaian sebagai obat luar, yaitu topical pada kulit, local pada hidung, local pada mulut atau local pada paru – paru

NETRALISASI

Netralisasi

Konsep paling mendasar dan praktis dalam kimia asam basa tidak diragukan lagi adalah netralisasi. Fakta bahwa asam dan basa dapat saling meniadakan satu sama lain telah dikenal baik sebagai sifat dasar asam basa sebelum perkembangan kimia modern.

a. Netralisasi

Neutralisasi dapat didefinisikan sebagai reaksi antara proton (atau ion hidronium) dan ion hidroksida membentuk air. Dalam bab ini kita hanya mendiskusikan netralisasi di larutan dalam air.
H+ + OH-–> H2O (9.33)
H3O+ + OH-–> 2H2O (9.34)
Jumlah mol asam (proton) sama dengan jumlah mol basa (ion hidroksida).
Stoikiometri netralisasi
nAMAVA = nBMBVB
jumlah mol proton jumlah mol ion hidroksida
subskrip A dan B menyatakan asam dan basa, n valensi, M konsentrasi molar asam atau basa, dan V volume asam atau basa.
Dengan bantuan persamaan di atas, mungkin untuk menentukan konsentrasi basa (atau asam) yang konsentrasinya belum diketahui dengan netralisasi larutan asam (atau basa) yang konsentrasinya telah diketahui. Prosedur ini disebut dengan titrasi netralisasi.
Contoh soal
9.5 titrasi netralisasi
0,500 g NH4Cl tidak murni dipanasakan dengan NaOH berlebih menghasilkan amonia NH3 yang diserap dalam 25,0 cm3 0,200 mol dm-3 asam sulfat. Diperlukan 5,64 cm3 NaOH 0,200 mol.dm-3 untuk menetralkan asam sulfat berlebih. Hitung kemurnian NH4Cl.
Jawab
Ingat asam sulfat adalah asam diprotik. Dengan mengaasumsikan jumlah mol amonia yang dihasilkan x m mol, jumlah mol amonia dan natrium hidroksida dua kali lebih besar dari jumlah mol asam sulfat. Jadi,
x (mmol) + 0,200 (mol dm-3) x 5,64 x 10-3 (dm3)= 2 x 0,200 (mol dm-3) x 25,0 x 10-3(dm3)
x + 1,128 = 10,0
∴ x = 8,872 (mmol)
Karena massa molar amonium khlorida adalah 52,5, 8,872 mmol ekivalen dengan 0,466 g amonium khlorida.
Jadi kemurnian sampel adalah (0,466 g/0,500 g) x 100 = 93 %.

b. Garam

Setiap asam atau h=garam memiliki ion lawannya, dan reaksi asam basa melibatkan ion-ion ini. Dalam reaksi netralisasi khas seperti antara HCl dan NaOH,

HCl+NaOH–>NaCl+H2O(9.35)
asam basa garam air 
Selain air, terbentuk NaCl dari ion khlorida, ion lawan dari proton, dan ion natrium, ion lawan basa. Zat yang terbentuk dalam netralisasi semacam ini disebut dengan garam. Asalkan reaksi netralisasinya berlangsung dalam air, baik ion natrium dan ion khlorida berada secara independen sebagai ion, bukan sebagai garam NaCl. Bila air diuapkan, natrium khlorida akan tinggal. Kita cenderung percaya bahwa garam bersifat netral karena garam terbentuk dalam netralisasi. Memang NaCl bersifat netral. Namun, larutan dalam air beberapa garam kadang asam atau basa. Misalnya, natrium asetat, CH3COONa, garam yang dihasilkan dari reaksi antara asam asetat dan natrium hidroksida, bersifat asam lemah.
Sebaliknya, amonium khlorida NH4Cl, garam yang terbentuk dari asam kuat HCl dan basa lemah amonia, bersifat asam lemah. Fenomena ini disebut hidrolisis garam.
Diagram skematik hidrolisis ditunjukkan di Gambar 9.1. Di larutan dalam air, garam AB ada dalam kesetimbangan dengan sejumlah kecil H+ dan OH- yang dihasilkan dari elektrolisis air menghasilkan asam HA dan basa BOH (kesetimbangan dalam arah vertikal). Karena HA adalah asam lemah, kesetimbangan berat ke arah sisi asam, dan akibatnya [H+] menurun. Sebaliknya, BOH adalah basa kuat dan terdisosiasi sempurna, dan dengan demikian todak akan ada penurunan konsentrasi OH-. Dengan adanya disosiasi air, sejumlah H+ dan OH- yang sama akan terbentuk.
Dalam kesetimbangan vertikal di Gambar 9.1, kesetimbangan asam ke arah bawah, dan kesetimbangan basa ke arah atas. Akibatnya [OH-] larutan dalam air meningkat untuk membuat larutannya basa. Penjelasan ini juga berlaku untuk semua garam dari asam lemah dan basa kuat.

Gambar 9.1Hidrolisis garam.
Sebagai rangkuman, dalam hidrolisis garam dari asam lemah dan basa kuat, bagian anion dari garam bereaksi dengan air menghasilkan ion hidroksida.
A- + H2O –> HA + OH- (9.36)
Dengan menuliskan reaksi ini sebagai kesetimbangan, hidrolisis garam dapat diungkapkan dengan cara kuantitatif
A- + H2O HA + OH- (9.37)
Bila h adalah derajat hidrolisis yang menyatakan rasio garam yang terhidrolisis saat kesetimbangan. Tetapan kesetimbangan hidrolisis Kh adalah:
Kh = [HA][OH-]/[A-] = (csh)2/cs(1 – h) = csh2/(1 – h) (9.38)
Kh disebut tetapan hidrolisis, dan cs adalah konsentrasi awal garam. A- adalah basa konjugat dari asam lemah HA dan Kh berhubungan dengan konstanta disosiasi basanya. Akibatnya, hubungan berikut akan berlaku bila konstanta disosiasi asam HA adalah Ka: jadi,
KaKh = Kw (9.39)
Bila h ≪ 1, Ka ≒csh; h ≒√(Kh/cs). Maka konsentrasi [OH-] dan [H+] diberikan oleh ungkapan:
[OH-] = csh ≒√(csKw/Ka) (9.40)
[H+] = Kw/[OH-] ≒√(KwKa/cs) (9.41)
Karena terlibat asam lemah,
Ka/cs < 1,
∴ [H+] < √Kw = 10-7 (9.42)
Jadi, garam dari asam lemah bersifat basa. Dengan cara yang sama, [H+] garam asam lemah dan basa kuta dinyatakan dengan:
[H+] = csh ≒√(csKw/Kb) (9.43)
Karena melibatkan basa lemah,
cs/Kb > 1,
∴ [H+] > √Kw = 10-7 (9.44)
Jadi, garamnya bersifat asam.

c. Kurva titrasi

Dalam reaksi netralisasi asam dan basa, atau basa dengan asam, bagaimana konsentrasi [H+], atau pH, larutan bervariasi? Perhitungan [H+] dalam titrasi asam kuat dengan basa kuat atau sebaliknya basa kuat dengan asam kuat tidak sukar sama sekali. Perhitungan ini dapat dilakukan dengan membagi jumlah mol asam (atau basa) yang tinggal dengan volume larutannya.
Perhitungannya akan lebih rumit bila kombinasi asam lemah dan basa kuat, atau yang melibatkan asam kuat dan basa lemah. [H+] akan bergantung tidak hanya pada asam atau basa yang tinggal, tetapi juga hidrolisis garam yang terbentuk.
Plot [H+] atau pH vs. jumlah asam atau basa yang ditambahkan disebut kurva titrasi (Gambar 9.2). Mari kita menggambarkan kurva titrasi bila volume awal asam VA, konsentrasi asam MA, dan volume basa yang ditambahkan vB dan konsentrasinya adalah MB.

(1) TITRASI ASAM KUAT DAN BASA KUAT.

[1] sebelum titik ekivalen:
Karena disosiasi air dapat diabaikna, jumlah mol H+ sama dengan jumlah sisa asam yang tinggal
[H+] = (MAVA – MBvB)/(VA + vB) (9.45)
[2] Pada titik ekivalen:
Disosiasi air tidak dapat diabaikan di sini.
[H+] = √Kw = 10-7 (9.46)
[3] setelah titik ekivalen:
Jumlah mol basa berlebih sama dengan jumlah mol ion hidroksida. [OH-] dapat diperoleh dengan membagi jumlah mol dengan volume larutan. [OH-] yang diperoleh diubah menjadi [H+].
[OH-] = (MBvB – MAVA)/(VA + vB) (9.47)
[H+] = Kw/[OH-] = (VA + vB)Kw/(MBvB – MAVA) (9.48)
Kurvanya simetrik dekat titik ekivalen karena vB ≒ VA.
Titrasi 10 x 10-3 dm3 asam kuat misalnya HCl 0,1 mol dm-3 dengan basa kuat misalnya NaOH 0,1 mol dm-3 menghasilkan kurva titrasi khas seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 9.2(a). Pada tahap awal, perubahan pHnya lambat. Perubahan pH sangat cepat dekat titik ekivalen (vB = 10 x10-3 dm3). Dekat titik ekivalen, pH berubah beberapa satuan hanya dengan penambahan beberapa tetes basa.

Gambar 9.2 Kurva titrasi: (a) Titrasi HCl dengan NaOH. Perubahan pH yang cepat di titik ekivalen bersifat khas.
(b) Titrasi CH3COOH dengan NaOH. Perubahan pH di titik ekivalen tidak begitu cepat.

Gambar 9.3 Kurva titrasi: titrasi NH3 dengan HCl.

2. TITRASI ASAM LEMAH DENGAN BASA KUAT

Hasilnya akan berbeda bila asam lemah dititrasi dengan basa kuat. Titrasi 10 x 10-3 dm3 asam asetat 0,1 mol dm-3 dengan NaOH 0,1 mol dm-3 merupakan contoh khas (Gambar 9.2(b)).
[1] Titik awal: vB = 0. pH di tahap awal lebih besar dari di kasus sebelumnya.
[H+] = MAα (9.49)
α adalah tetapan disosiasi asam asetat.
[2] sebelum titik ekivalen: sampai titik ekivalen, perubahan pH agak lambat.
[3] pada titik ekivalen (vB = 10 x 10-3 dm3): pada titik ini hanya natrium asetat CH3COONa yang ada. [H+] dapat diperoleh dengan cara yang sama dengan pada saat kita membahas hidrolisis garam.
[4] setelah titik ekivalen. [H+] larutan ditentukan oleh konsentrasi NaOH, bukan oleh CH3COONa.
Perubahan pH yang perlahan sebelum titik ekivalen adalah akibat bekerjanya buffer (bagian 9.3 (d)). Sebelum titik ekivalen, terdapat larutan natrium asetat (garam dari asam lemah dan bas kuat) dan asam asetat (asam lemah). Karena keberadaan natrium asetat, kesetimbangan disosiasi natrium asetat
CH3COOH H+ + CH3COO- (9.50)
bergeser ke arah kiri, dan [H+] akan menurun. Sebagai pendekatan [CH3COO-] = cS [HA] ≒ c0.
cS adalah konsentrasi garam, maka
[H+]cS/ c0= Ka,
∴ [H+] = (c0/cS)Ka (9.51)
Bila asam ditambahkan pada larutan ini, kesetimbangan akan bergeser ke kiri karena terdapat banyak ion asetat maa asam yang ditambahkan akan dinetralisasi.
CH3COOH H+ + CH3COO- (9.52)
Sebaliknya, bila basa ditambahkan, asam asetat dalam larutan akan menetralkannnya. Jadi,
CH3COOH + OH- H2O + CH3COO- (9.53) Jadi [H+] hampir tidak berubah.

(3) TITRASI BASA LEMAH DENGAN ASAM KUAT

Titrasi 10 x 10-3 dm3 basa lemah misalnya larutan NH3 0,1 mol dm-3 dengan asam kuat misalnya HCl 0,1 mol dm-3 (Gambar 9.3). Dalam kasus ini, nilai pH pada kesetimbangan agak lebih kecil daripada di kasus titrasi asam kuat dengan basa kuat. Kurvanya curam, namun, perubahannya cepat di dekat titik kesetimbangan. Akibatnya titrasi masih mungkin asalkan indikator yang tepat dipilih, yakni indikator dengan rentang indikator yang sempit.

(4) TITRASI BASA LEMAH (ASAM LEMAH) DENGAN ASAM LEMAH (BASA LEMAH).

Dalam titrasi jenis ini, kurva titrasinya tidak akan curam pada titik kesetimbangan, dan perubahan pHnya lambat. Jadi tidak ada indikator yang dapat menunjukkan perubahan warna yang jelas. Hal ini berarti titrasi semacam ini tidak mungkin dilakukan.

d. Kerja bufer

Kerja bufer didefinisikan sebagai kerja yang membuat pH larutan hampir tidak berubah dengan penambahan asam atau basa. Larutan yang memiliki kerja bufer disebut larutan bufer. Sebagian besar larutan bufer terbentuk dari kombinasi garam (dari asam lemah dan basa kuat) dan aam lemahnya. Cairan tubuh organisme adalah larutan bufer, yang akan menekan perubahan pH yang cepat, yang berbahaya bagi makhluk hidup.
Nilai pH larutan bufer yang terbuat dari asam lemah dan garamnya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.
pH = pKa + log([garam]/[asam]) (9.54)
Tabel 9.2 memberikan beberapa larutan bufer.
Tabel 9.2 Beberapa larutan bufer.

Contoh soal 9.5 pH larutan bufer
Tiga larutan (a), (b) dan (c) mengandung 0,10 mol dm-3 asam propanoat (Ka = 1,80 x 10-5 mol dm-3) dan (a) 0,10 mol dm-3, (b) 0,20 mol dm-3 and (c) 0,50 mol dm-3 natrium propanoat. Hitung pH larutan.
Jawab
Substitusikan nilai yang tepat pada persamaan (9.54)
  1. pH = pKa + log([garam]/[asam]) = pKa + log([0,1]/[0,1]) = pKa + log1 = 4,75
  2. pH = pKa + log([0,2]/[0,1])= pKa + log 2 = 5,05
  3. pH = pKa + log([0,5]/[0,1]) = pKa + log5 = 5,45
Lihat bahwa nilai ([garam]/[asam]) berubah dari 1 ke 5, tetapi pH hanya berubah sebesar 0,7.

e. Indikator

Pigmen semacam fenolftalein dan metil merah yang digunakan sebagai indikator titrasi adalah asam lemah (disimbolkan dengan HIn) dan warnanya ditentukan oleh [H+] larutan. Jadi,
HIn H+ + In- …. (9.55)
Rasio konsentrasi indikator dan konjgatnya menentukan warna larutan diberikan sebagai:
KIn = [H+][In-]/[HIn], ∴ [In-]/[HIn] = KIn/[H+] … (9.56)
KIn adalah konstanta disosiasi indikator.
Rentang pH yang menimbulkan perubahan besar warna indikator disebut dengan interval transisi. Alasan mengapa ada sedemikian banyak indikator adalah fakta bahwa nilai pH titik ekivalen bergantung pada kombinasi asam dan basa. Kunci pemilihan indikator bergantung pada apakah perubahan warna yang besar akan terjadi di dekat titik ekivalen. Di Tabel 9.3 didaftarkan beberapa indikator penting.
Tabel 9.3 Indikator penting dan interval transisinya.
Indikatorinterval transisiperubahan warna(asam–>basa)
Biru timol1,2-2,8merah –> kuning
Metil oranye3,1-4,4merah –> kuning
Metil merah4,2-6,3merah –> kuning
bromotimol biru6,0-7,6kuning–> biru
merah kresol7,2-8,8kuning –> merah
fenolftalein8,3-10,0tak berwarna–> merah
alizarin kuning10,2-12,0kuning–> merah
Contoh soal 9.6 Titrasi netralisasi campuran, bagaimana menggunakan indikator.
25 dm3 larutan mengandung NaOH dan Na2CO3 dititrasi dengan 0,100 mol.dm-3 HCl dengan indikator fenolftalein. Warna indikator hilang ketika 30,0 dm3 HCl ditambahkan. Metil oranye kemudian ditambahkan dan titrasi dilanjutkan. 12,5 dm3 HCl diperlukan agar warna metil oranye berubah. Hitung konsentrasi NaOH dan Na2CO3 dalam larutan.
Jawab
Asam karbonat adalah asam diprotik, dan netralisasi berlangsung dalam reaksi dua tahap
CO32- + H+ –> HCO3- ;
HCO3 - + H+ –> H2O + CO2
Tahap pertama netralisasi campuran NaOH-Na2CO3 tercapai saat fenolftalein berubah warna.
Perubahan warna metil oranye menandakan akhir tahap kedua netralisasi natrium karbonat.
Jadi, jumlah NaOH-Na2CO3 adalah 0,100 mol dm-3 x 30,0 x 10-3 dm3 = 3,0 x 10-3 mol
sebagaimana dinyatakan dalam tahap pertama netralisasi. Jumlah Na2CO3 adalah 0,100 mol.dm-3 x 12,5 x 10-3 dm3 = 1,25 x 10-3 mol sebagaimana dinyatakan dalam tahap kedua netralisasi. Jumlah NaOH adalah selisih antara kedua bilangan tersebut, 1,75 x 10-3 mol. Jadi
[Na2CO3] = 1,25 x 10-3 mol/25,0 x 10-3 dm3 = 0,050 mol dm-3
[NaOH] = 1,75 x 10-3 mol/25,0 x 10-3 dm3 = 0,070 mol dm-3

Latihan

9.1 Asam basa konjugat
Tuliskan reaksi disosiasi senyawa berikut, termasuk air yang terlibat, dan tandai pasangan asam basa konjugasinya. (a) asam format HCOOH, (b) asam perkhlorat HClO4
9.1 Jawab
(a) HCOOH + H2O H3O+ + HCOO-
asam1 basa2 asam konjugat2 basa konjugat 1
(b) HClO4 + H2O H3O+ + ClO4-
asam1 basa2 asam konjugat2 basa konjugat 1
9.2 Asam basa konjugat
Tetapan disosiasi pasangan asam basa konjugat adalah Ka dan Kb. Buktikan bahwa Ka x Kb = Kw Kw adalah tetapan hasil kali ion air.
9.2 Jawab
Lihat halaman yang relevan di teks.
9.3 Asam basa Lewis
Nyatakan manakah asam dan basa Lewis dalam reaksi-reaksi berikut.
(a) Cu2+ + 4NH3 Cu(NH3)42+
(b) I- + I2 I3-
(c ) Fe2+ + 6H2O Fe(H2O)63+
9.3 Jawab
(a) Cu2+ + 4NH3 Cu(NH3)42+, Cu2+ : asam Lewis, NH3: basa Lewis.
(b) I- + I2 I3-, I- : asam Lewis, I2: basa Lewis.
(c ) Fe2+ + 6H2O Fe(H2O)63+ Fe2+: asam Lewis, H2O: basa Lewis.
9.4 Konsentrasi ion hidrogen dan pH asam kuat
Asam perkhlorat adalah asam kuat, dan disosiasinya dapat dianggap lengkap. Hitung konsentrasi ion hidrogen [H+] dan pH 5,0 mol dm-3 asam ini.
9.4 Jawab
[H+] = 5,0×10-3mol dm-3; pH = -log[H+] = 2,30
9.5 Konsentrasi ion hidrogen dan pH asam lemah
Hitung konsentrasi ion hidrogen dan pH asam asetat 0,001 mol dm-3, 0,01 mol dm-3 dan 0,1 mol dm-3. Ka asam asetat pada 25°C adalah 1,75 x 10-3 mol dm-3.
9.5 Jawab
Kira-kira [H+] = √(csKa). Maka [H+] dan pH dinyatakan sebagai berikut.
Asam asetat 0,001 mol dm-3; [H+] = 1,32 x 10-4 mol dm-3, pH = 3,91. Asam asetat 0,01 mol dm-3; [H+] = 4,18 x 10-4 mol dm-3, pH = 3,39. Asam asetat 0,1 mol dm-3; [H+] = 1,32 x 10-3 mol dm-3, pH = 2,28.
9.6 Perhitungan tetapan disosiasi
Dalam larutan 0,5 mol dm-3, disosiasi asam urat C5H4N4O3 sebesar 1,6 %. Tentukan Ka asam urat.
9.6 Jawab
1,6 x 10-2 = [C5H3N4O3-]/0,5 mol dm-3,
[C5H3N4O3-]= [H+] = 8,0 x 10-3 mol dm-3. Jadi,
Ka = (8,0 x 10-3)2/0,50 = 1,28 x 10-4 mol dm-3.
9.7 Titrasi Netralisasi
Suatu detergen mengandung amonia. 25,37 g detergen dilarutkan dalam air untuk menghasilkan 250 cm3 larutan. Diperlukan 37,3 cm3 asam sulfat 0,360 mol dm-3 ketika 25,0 cm3 larutan ini dititrasi. Hitung persen massa amonia dalam detergen.
9.7 Jawab
18,0 %.
9.8 Larutan Bufer
(1) Hitung pH bufer yang konsentrasi asam formatnya HCOOH (Ka = 1,8 x10-4 mol dm-3) 0,250 mol dm-3, dan konsentrasi natrium format HCOONa-nya 0,100 mol dm-3.
(2) Anggap 10 cm3 NaOH 6,00 x 10-3 mol dm-3 ditambahkan ke 500 cm3 larutan bufer ini. Hitung pH larutan setelah penambahan NaOH.

9.8 Jawab
(1) [H+] = 4,5 x 10-4 mol dm-3, pH = 3,35. (2) Jumlah mol HCOOH, OH- dan HCOO- sebelum dan sesudah penambahan NaOH ditunjukkan dalam tabel berikut.

m molHCOOHOH-HCOO
Sebelum1256050
sesudah650110
Perhatikan setelah penambahan volume larutan menjadi 510 cm3. 1,8 x 10-4 mol dm-3 = ([H+] x 0,216)/(0,128), [H+] = 1,06 x 10-4 mol dm-3, pH = 3,97 Perubahan pH agak kecil walaupun sejumlah cukup besar basa kuat ditambahkan.

;;

By :
Free Blog Templates