Minggu, 02 Maret 2014
Suspensi
a. Farmakope Indonesia IV Th. 1995, hal 17
Suspensi adalah sediaan cair
yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
(Farmakope
Indonesia IV Th. 1995, hlm 18)
Suspensi
Oral : sediaaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa
cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan oral.
b. Farmakope Indonesia III, Th.
1979, hal 32
Suspensi adalah sediaan yang
mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi
dalam cairan pembawa.
c. USP XXVII, 2004, hal 2587
Suspensi oral : sediaan cair yang menggunakan partikel-partikel padat
terdispersi dalam suatu pembawa cair dengan flavouring
agent yang cocok yang dimaksudkan untuk pemberian oral.
Suspensi topikal : sediaan cair yang
mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam suatu pembawa
cair yang dimaksudkan untuk pemakaian pada kulit.
Suspensi
otic : sediaan cair yang mengandung
partikel-partikel mikro dengan maksud ditanamkan di luar
telinga.
d. Fornas Edisi 2 Th. 1978 hal
333
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat
padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, atau
sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa
zat tambahan, yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang
ditetapkan. Yang pertama berupa suspensi jadi, sedangkan yang kedua berupa serbuk untuk suspensi yang harus disuspensikan lebih
dahulu sebelum digunakan.
I.2 Keuntungan
dan Kekurangan Sediaan (RPS ed. 18, vol 3, 1538-1539)
Keuntungan :
1.Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet / kapsul, terutama anak-anak.
2.Homogenitas tinggi
3.Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet / kapsul (karena luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat).
4.Dapat menutupi rasa tidak enak / pahit obat (dari larut / tidaknya)
5.Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.
Kekurangan :
1.Kestabilan rendah (pertumbuhan kristal jika jenuh, degradasi, dll)
2.Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya turun.
3.Alirannya menyebabkan sukar dituang
4.Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan
5.Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi / perubahan temperatur.
6.Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang diinginkan.
I.3 Macam-macam Suspensi Berdasarkan Penggunaan (FI IV, 1995, hal 18)
Keuntungan :
1.Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet / kapsul, terutama anak-anak.
2.Homogenitas tinggi
3.Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet / kapsul (karena luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat).
4.Dapat menutupi rasa tidak enak / pahit obat (dari larut / tidaknya)
5.Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.
Kekurangan :
1.Kestabilan rendah (pertumbuhan kristal jika jenuh, degradasi, dll)
2.Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya turun.
3.Alirannya menyebabkan sukar dituang
4.Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan
5.Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi / perubahan temperatur.
6.Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang diinginkan.
I.3 Macam-macam Suspensi Berdasarkan Penggunaan (FI IV, 1995, hal 18)
1. Suspensi
oral, sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa
cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral.
2. Suspensi
topikal, sediaan cair mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan kulit.
3. Suspensi
tetes telinga, sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan
untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
4. Suspensi
optalmik, sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang
terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.
Syarat suspensi optalmik (hal 14):
- Obat
dalam suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi
dan atau goresan pada kornea.
- Suspensi
obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau
penggumpalan.
Berdasarkan Istilah
1. Susu,
untuk suspensi dalam pembawa yang mengandung air yang ditujukan untuk pemakaian
oral. (contoh : Susu Magnesia)
2. Magma,
suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika zat padatnya
mempunyai kecenderungan terhidrasi dan teragregasi kuat yang menghasilkan
konsistensi seperti gel dan sifat reologi tiksotropik (contoh : Magma
Bentonit).
3. Lotio,
untuk golongan suspensi topikal dan emulsi untuk pemakaian pada kulit (contoh :
Lotio Kalamin)
Berdasarkan Sifat (Diktat kuliah Likuida dan Semisolida, hal
102-104)
1. Suspensi Deflokulasi
- Partikel yang terdispersi merupakan unit tersendiri
dan apabila kecepatan sedimentasi bergantung daripada ukuran partikel tiap
unit, maka kecepatannya akan lambat.
- Gaya tolak-menolak di antara 2 partikel menyebabkan
masing-masing partikel menyelip diantara sesamanya pada waktu mengendap.
- Supernatan sistem deflokulasi keruh dan setelah
pengocokan kecepatan sedimentasi partikel yang halus sangat lambat.
- Keunggulannya : sistem deflokulasi akan menampilkan
dosis yang relatif homogen pada waktu yang lama karena kecepatan sedimentasinya
yang lambat.
- Kekurangannya : apabila sudah terjadi endapan sukar
sekali diredispersi karena terbentuk masa yang kompak.
- Sistem
deflokulasi dengan viskositas tinggi akan mencegah sedimentasi tetapi tidak
dapat dipastikan apakah sistem akan tetap homogen pada waktu paronya.
2. Suspensi
Flokulasi
- Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang
dapat mempercepat terjadinya sedimentasi. Hal ini disebabkan karena setiap unit
partikel dibentuk oleh kelompok partikel sehingga ukurang agregat relatif
besar.
- Cairan supernatan pada sistem deflokulasi cepat
sekali bening yang disebabkan flokul-flokul yang terbentuk cepat sekali
mengendap dengan ukuran yang bermacam-macam.
- Keunggulannya :sedimen pada tahap akhir penyimpanan
akan tetap besar dan mudah diredispersi.
- Kekurangannya : dosis tidak akurat dan produk tidak
elegan karena kecepatan sedimentasinya tinggi.
- Flokulasi dapat dikendalikan dengan :
a.
Kombinasi
ukuran partikel
b.
Penggunaan
elektrolit untuk kontrol potensial zeta.
c.
Penambahan
polimer mempengaruhi hubungan/ struktur partikel dalam suspensi.
I.4 Syarat
Suspensi
a. FI IV, 1995, hal 18
a. FI IV, 1995, hal 18
1. Suspensi tidak boleh
diinjeksikan secara iv dan intratekal
2. Suspensi yang
dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus mengandung zat
antimikroba.
3. Suspensi harus
dikocok sebelum digunakan
4. Suspensi harus
disimpan dalam wadah tertutup rapat.
b. FI III, 1979, hal 32
1. Zat
terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
2. Jika
dikocok, harus segera terdispersi kembali
3. Dapat
mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi
4. Kekentalan
suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
5. Karakteristik
suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensoid tetap
agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan.(Ansel, 356)
c. Fornas Edisi 2, 1978, hal 333
Pada pembuatan suspensi, untuk mencegah pertumbuhan
cendawan, ragi dan jasad renik lainnya, dapat ditambahkan zat pengawet yang
cocok terutama untuk suspensi yang akan diwadahkan dalam wadah satuan ganda
atau wadah dosis ganda.
I.5 Penggunaan Suspensi dalam
Farmasi
(Pharmaceutics, The Science of Dosage Form Design, Michael E. Aulton, hlm
270 : Diktat Teknologi Farmasi Liquida dan Semisolid, DR. Goeswin Agoes, hlm 89
– 90)
1. Beberapa
orang terutama anak-anak sukar menelan obat yang berbentuk tablet / zat
padat. Oleh karena itu diusahakan dalam
bentuk larutan. Kalau zat berkhasiat
tidak larut dalam air, maka bentuk suspensi-dimana zat aktif tidak
larut-terdispersi dalam medium cair merupakan suatu alternatif.
2. Mengurangi
proses penguraian zat aktif didalam air.
Untuk zat yang sangat mudah terurai dalam air, dibuat bentuk yang tidak
larut. Dengan demikian, penguraian dapat
dicegah. Contoh :
untuk menstabilkan Oxytetrasiklin
HCl di dalam sediaan cair, dipakai dipakai garam Ca karena sifat
Oxytetrasiklin yang mudah sekali terhidrolisis di dalam air.
3. Kontak
zat padat dengan medium pendispersi dapat dipersingkat dengan mengencerkan zat
padat medium dispersi pada saat akan digunakan.
Contoh : Ampisilin dikemas dalam bentuk granul, kemudian pada saat akan
dipakai disuspensikan dahulu dalam medim pendispersi. Dengan demikian maka stabilitas ampisilin untuk 7 hari pada
temperatur kamar masih dapat dipenuhi.
4. Apabila
zat aktif sangat tidak stabil dalam air, maka digunakan medium non-air sebagai
medium pendispersi. Contoh :
Injeksi Penisilin dalam minyak dan Phenoxy penisilin dalam minyak kelapa
untuk oral.
5. Sediaan
suspensi yang terdiri dari partikel halus yang terdispersi dapat menaikkan luas
permukaan di dalam saluran pencernaan, sehingga dapat mengabsorpsi
toksin-toksin atau menetralkan asam yang diproduksi oleh lambung. Contoh Kaolin, Mg-Karbonat, Mg-Trisilikat.
(antasida/Clays)
6. Sifat
adsorpsi daripada serbuk halus yang terdispersi dapat digunakan untuk sediaan
yang berbentuk inhalasi. Zat yang mudah
menguap seperti mentol, Ol. Eucaliptus, ditahan
dengan menambah Mg-Karbonat yang dapat mengadsorpsi tersebut.
7. Dapat
menutup rasa zat berkhasiat yang tidak enak atau pahit dengan lebih baik
dibandingkan dalam bentuk larutan. Untuk
suspensi Kloramfenikol dipakai Kloramfenikol Palmitas yang rasanya tidak pahit.
8. Suspensi
BaSO4 untuk kontras dalam pemeriksaan X-Ray.
9. Suspensi
untuk sediaan bentuk aerosol.
I.6 Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Suspensi (Lachman Practice, 479-491)
1.Kecepatan
sedimentasi (Hk. Stokes)
Untuk sediaan farmasi tidak mutlak berlaku, tetapi
dapat dipakai sebagai pegangan supaya suspensi stabil, tidak cepat mengendap,
maka :
a. Perbedaan
antara fase terdispersi dan fase pendispersi harus kecil, dapat menggunakan
sorbitol atau sukrosa. BJ medium
meningkat.
b. Diameter
partikel diperkecil, dapat dihaluskan dengan blender / koloid mill
c. Memperbesar
viskositas dengan menambah suspending agent.
2.Pembasahan
serbuk
Untuk menurunkan tegangan permukaan, dipakai
wetting agent atau surfaktan, misal : span dan tween.
3. Floatasi
(terapung), disebabkan oleh :
a. Perbedaan
densitas
b. Partikel
padat hanya sebagian terbasahi dan tetap pada permukaan
c. Adanya
adsorpsi gas pada permukaan zat padat.
Hal ini dapat diatasi dengan penambahan humektan.
Humektan ialah zat yang digunakan
untuk membasahi zat padat. Mekanisme
humektan : mengganti lapisan udara yang
ada di permukaan partikel sehingga zat mudah terbasahi. Contoh : gliserin, propilenglikol.
4.Pertumbuhan
kristal
Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan
larutan jenuh. Bila terjadi perubahan
suhu dapat terjadi pertumbuhan kristal.
Ini dapat dihalangi dengan penambahan surfaktan.
Adanya polimorfisme dapat mempercepat pertumbuhan
kristal.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah
kristalisasi (Disperse system, Vol. I, 158)
-gunakan
partikel dengan range ukuran yang sempit
-pilih
bentuk kristal obat yang stabil
-cegah
penggunaan alat yang membutuhkan energi besar untuk pengecilan ukuran partikel
- gunkan
pembasah
- gunakan
colloidal pelindung seperti gelatin, gums, dan lain-lain yang akan membentuk
lapisan pelindung pada partikel
-viskositas
ditingkatkan
-cegah
perubahan suhu yang ekstrim
Hal-hal yang memicu terbentuknya kristal (Disperse
system, Vol. I, 158)
- keadaan
super jenuh
- pendinginan
yang ekstrim dan pengadukan yang cepat
- sifat
aliran pelarut yang dapat mengkristalkan zat aktif, dalam ukuran dan bentuk
yang bervariasi
- keberadaan
cosolutes, cosolvent, dan absorbent
- kondisi
saat proses pembuatan.
5. Pengaruh
gula (sukrosa)
a. Suspending
agent dengan larutan gula : viskositas akan naik
b. Adanya
batas konsentrasi gula dalam campuran dengan suspending agent. Bila batas ini dilalui polimer akan menurun.
c. Konsentrasi
gula yang besar juga dapat menyebabkan kristalisasi yang cepat
d. Gula
cair 25 % mudah ditumbuhi bakteri, perlu pengawet. (tidak lebih dari 30 %;
hati-hati cap locking)
e. Hati-hati
jika ada alkohol dalam suspensi
6. Metode
dispersi : Deflokulasi dan Flokulasi
7. Pengaruh
alat-alat pendispersi, menyebabkan :
a.
Variasi pada ukuran partikel berhubungan dengan RPM Shearing Force
b.
Variasi pada sifat-sifat suspensi
c. Variasi pada viskositas pembawa, berhubungan dengan
hidratasi suspending agen.
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar